Selasa, 24 Juni 2014


                                                                                                               AJNN.net                                         Kementrian Agama resmikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah


http://www.ajnn.net/wp-content/uploads/2014/06/peresmian.jpg

ACEH TIMUR -Dirjen Kementrian Agam RI meresmikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS), di Kampus Amal, Desa Kampung Beusa, Kecamatan Peureulak Barat, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (12/6) sekira pukul 11.00 Wib, peresmian itu diwakili oleh Drs. H. Khaironi. Msi
Selain acara peresmian STIS, Yayasan Amal juga mewisudakan siswa-siswi di tingkat SMP dan SMA. Wisuda perdana ini untuk tingkat SMP Plus Amal, sejumlah 32 siswa-siswi, sedangkan untuk tingkat SMA Plus Amal, sejumlah 33 orang.
Dalam peresmian itu Drs. H. Khaironi. Msi, mengharapkan dengan diresmikannya STIS ini, maka pimpinan STIS ini agar mampu melahirkan mahasiswa yang bermutu dan berkompeten.
“Sehingga menciptakan alumni STIS ini bisa diandalkan, dan juga dapat dibuktikan kemampuannya di bidang Ilmu Hukum Syari’ah, sehingga masyarakat bisa mempercaya akreditasi Sekolah Tinggi ini,”harapnya.
Dalam sambutannya Pimpinan Yayasan Amal Tgk. H. Armis Musa. U. Sd, mengucapkan terimakasih kepada Kementria Agama RI, juga kepada semua tamu undangan yang hadir di acara peresmian STIS.
“Kami akan berusaha untuk melahirkan mahasiswa-mahasiswi yang handal dan berkompeten, di bidang Ilmu Syari’ah,”ucap Tgk. H. Armis.
Jumlah siswa ditingkat SMP Plus Amal sejumlah 333 siswa, ditingkat SMA Plus Amal sejumlah 135 siswa, dan untuk SMK Plus Amal sejumlah 40 siswa.
Sedangkan untuk penerima murid baru di tingkat Pengguruan Tinggi, SMA Plus Amal, SMK Plus Amal, SMP Plus Amal, SD Plus Amal pihaknya akan mengikuti peraturan yeng telah ditetapkan Pemerintah.
Abu Waled Nu Pidie Jaya mengakui Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) ini sangat luar biasa, mengingat didaerah lain masih banyak yang lebih duluan mendirikan Dayah berbazis School belum bisa mendapatkan perizinan.
“Namun Yayasan Amal masih tergolong baru diantara Yayasan dan Dayah yang ada di Aceh, malah Yayasan Amal ini yang mendapatkan izin dari Kementerian Agama. Ini adalah rahmat daripada Allah, ini sudah menjadi dayah yang luar biasa,” akui Abu Waled Nu.
Dikesempatan itu Waled Nu juga mengharapkan kepada Pemerintah Pusat dan juga kepada Pemerintah Daerah, agar membuka Jurusan Tataruang di setiap Perguruan Tinggi, dan bisa melahirkan alumni-alumni yang handal dan berkompeten.
“Karna banyak sekali kita lihat selama ini terkesan di dalam melakukan pembangunan di Aceh tanpa desertai perencanaan dan Tata Ruang, sengga dapat menimbulkan kerugian,” sebut Abu Waled Nu.

Kamis, 06 Februari 2014

SMK UNIK DENGAN KURIKULUM DAYAH

salah satu sudut SMK
Plus amal
Rindu kadang datang, bernostalgia dengan bermacam kenangan saat mengajar. Karakter siswa yang beragam terkadang memang bisa bikin senyum-senyum sendiri. Gila. Mungkin memang ia, kegilaan pada

tugas guru itu juga yang telah membuat saya betah dan tetap bertahan di dunia pendidikan ini.
Tugas sebagai pengawas kembali dilakoni sejak 1 Oktboer 2013, setelah rehat 2 tahun karena mendapat tugas lainnya. Menjabat sebagai pengawas sekolah adalah amanah yang berbuah berkah bagi saya. Tugas ini kembali membuat saya bisa mengunjungi sekolah-sekolah, tempat dimana saya bisa kembali ke masa lalu dengan berbagai situasi yang berbeda dan unik sekali.
Kemarin, hari Rabu tanggal 5 Februari 2014 saya mengunjungi salah satu SMK binaan di Kabupaten Aceh Timur. Sudah 5 bulan bertugas tapi baru hari itulah saya kunjungi sekolah ini. Tentu ini bukan contoh pengawas yang baik. Kenapa hal ini terjadi, ternyata karena dalam SK pembagian tugas pun nama sekolah ini berbeda, artinya saya ditugaskan di sekolah yang sekolah itu ternyata memang tidak ada alias salah nama.
Ruang Belajar
SMK Plus Amal namanya. terletak di dekat persawahan, tersembunyi oleh mesjid, tidak ada petunjuk jalannya. Sampai bingung mau masuk dari mana. Untung saja ada anak-anak puteri berseragam putih Abu-abu terlihat turun dari lantai 3 di tengah persawahan. Putar arah masuk ke pinggir toko warga, dan benar saja ada jalan tikus menuju ke kantor bersama. Kenapa kantor bersama, karean di ruangan yang ukuranya 4 x 5 meter (kurang lebih itu) bergabunglah kantor Yayasan, Kantor Kepala SMK, Kepala SMA, dan Kepala SMP, serta Kepala SD Plus Amal. jadi bingung kan mana kepala SMK nya.
Mengunjungi ruang belajarnya, sangat sederhana, hanya sebesar 1/2 dari ruang kelas di sekolah lain. Kelas puteri dan kelas putera terpisah. Nah ini mirip dengan pola pembagian kelas di pesantren (Dayah). Jam pembelajaran dimulai pukul 8.00 s.d pukul 11.30. setelah itu siswa istirahat tidur siang. Pukul 13.00, siswa bangun untuk shalat zuhur, makan siang, dan mengaji sampai pukul 16.00. Setelah shalat ashar berjamaah, siswa lanjut pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Arab hingga pukul 18.00. WIB. selanjuntya, pada malam hari, kegiatan pembelajaran menggunakan kurikulum dayah.
Dari hasil bincang-bincang, ternyata ketua yayasan juga berencana untuk membuka Sekolah Tinggi Islam di kompleks dayah ini. Wah luar biasa, di sebuah desa kecil, ada SD, SMP, SMA, SMK, dan STIS. Ini akan jadi yang pertama di Aceh Timur, mungkin biasa di tempat lain tapi tidak untuk Aceh Timur.
Spanduk tinggal setengah lagi, selain ini belum ada
pamflet apapun tentang SMK ini
Saat pemerintah propinsi meminta agar sekolah-sekolah di bawah yayasan ini untuk dinegrikan saja, ketua yayasan menolak. Apa alasannya. Dia tidak berani menegrikannya sebab itu melanggar amanah guru beliau. Luar biasa ketaatannya pada Guru. Sehingga semua amanah itu masih tetap dijaganya. Beliau pun menyatakan bahwa apa yang diperolehnya, segala bantuan, semua kemudahan yang datang, adalah berkat adanya doa dari guru. Keyakinan yang jarang sekali dimiliki oleh para murid.
Saya pun bertekad untuk memberikan yang terbaik semampu saya demi kemajuan sekolah ini. Semoga doa para pembaca selalu mengiringi langkah-langkah saya ini.

Jumat, 13 Juni 2014

Kamis, 12 Juni 2014 – Kantor Kemenag Kabupaten/Kota
STIS Dayah Amal Diresmikan

[Idi-Jamal/Akly] Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Dayah Al-Madinatul Munawwarah Al-Waliyah (AMAL)  desa Beusa Sebrang kecamatan Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Propinsi Aceh, Kamis (12/6) diresmikan oleh  pejabat Dirjen Pendidikan Tinggi Kemenag RI, acara tersebut diiringi dengan kegiatan HAUL dayah Amal yang dihadiri ratusan undangan.
Kasubdit Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Dirjen Pendidikan Tinggi Kemenag RI, Drs.H.Khaironi dalam sambutannya mengatakan bahwa tidak ada perbedaan Sekolah tinggi Negeri dengan swasta. “Maka tidak perlu minder untuk kuliah di STIS Amal yang penting Sekolah Tinggi tersebut sudah terakreditasi, Lulusan STIS dapat melahirkan Serjana Hukum Islam yang handal, Kedepan dosen akan terus dibeberikan pendidikan dan pelatihan,” ujarnya.
“Pada tahun 2015 Kementerian Agama akan menyekolahkan 100 dosen meraih goler dokter maka para dosen harus membekali diri dengan penguasaan Bahasa inggris dan Bahasa Arab,” tambah pak Khaironi dihadapan pejabat dari Provinsi Aceh dan kabupaten Aceh Timur tersebut.
Kepala Kanwil Kemenag Aceh yang diwakili oleh Drs.Mukhlis Hasan (Kasi Informasi Bidang PD Pontren) mengharapkan kepada semua pihak baik Pemda dan masyarakat agar mendukung pendidikan tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Dayah Amal ini, “Kampus ini didirikan dengan susah payah, mari kita antarkan anak kita untuk dididik di STIS Dayah Amal,” ajaknya yang didampingi Kakankemenag Kab.Aceh Timur Drs.H.Faisal Hasan.
Sementara itu, Ketua Yayasan STIS Dayah Amal Tgk.H.Armis Musa melaporkan yayasan dayah Amal Peureulak Barat Aceh timur terdiri dari SD plus Dayah Amal, SMP Plus Dayah Amal, SMK Dayah Amal dan STIS yang diresmikan hari ini meliputi jurusan Ahwal Syaksiyah/ hukum keluarga (AS) dan Jidayat/Hukum Pidana Islam.

Sabtu, 26 April 2014

H Armis Musa, Ingin Sejarah Islam Tetap Di Aceh

Sabtu, 26 April 2014
Serambi Indonesia
H Armis Musa, Ingin Sejarah Islam Tetap Di Aceh
H Armis Musa(AYAH), Pimpinan Dayah Al-Madinatul Munawwarah Al- Waliyah, Desa Kampung Beusa Seberang, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur
Dayah Al-Madinatul Munawwarah Al-Waliyyah, di Desa Kampung Beusa Seberang, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur, atau sekitar 16 kilometer sebelah timur dari ibu kota Kabupaten Aceh Timur, Idi Rayeuk.

Adalah H Armis Musa (55) yang beristrikan Hj Syattariah (40) itu dikarunia lima orang anak yakni, Mulyani (20), Amirul Mukminin (15) Aminah (Alm), serta Muhammad (9) dan Tihasanah (4).

Sejak usia muda, H Armis punya cita-citan ingin mendirikan dayah sebagai wadah tempat mengasuh generasi muda dalam bidang agama. Keyakinannya itu juga diaktualisasikan dengan perbuatan nyata. Karena itu Tgk Armis telah mewakafkan tanahnya seluas 3.600 meter persegi tempat berdirinya dayah yang kini dimpimpinya itu. Karena itu pula ia berprinsip lembaga pendidikan agama Islam non formal itu harus tetap berjalan hingga dirinya menghadap Allah Swt kelak. “Niat saya mendirikan dayah juga didukung oleh masyarakat, sehingga tempat pengajian ini bisa dibangun bersama-sama,”ujar Tgk Armis.

Katanya, Dayah Al Madinatul Munawwarah Al-Waliyyah itu dibangun pada tahun 2002. Awalnya hanya terwujud bangunan berupa satu balai pengajian berukuran sekitar 5X6 meter yang terbuat dari sampingan papan. sesuai dengan kondisi zaman dan penambahan murid yang ada, kini sudah memiliki sekitar 1.000 lebih santri, yang berasal dari sejumlah kabupaten/kota di Aceh.

“Jadi santri di sini ada anak yatim 113 orang, anak dari kalangan fakir miskin 30 orang, serta santri dari masyarakat biasa 200 orang. Selanjutnya jemaah suluk sekitar 200 orang,”sebut Tgk Armis. Menurut H Armis, pada awal berdirnya dayah hanya ada sekitar 30 santri. Katanya, saat itu yang para pengasuh hanya diajarkan semta-mata ilmu agama, sehingga terus berkembang menjadi sembilan unit pendidikan. Tidak hanya itu, para guru maupun santri yang telah dewasa juga diajarkan ketrampilan ekonomi serta agrobisnis. “Jadi dalam hal ini, kita mengkatagorikan santri dewasa apabila sudah dapat membaca kitab iaannah dan Kitab Mahli,”ungkapnya.(na)

Santri Dayah Amal Belajar di Tenda

Serambi Indonesia

Sabtu, 26 April 2014
IDI - Ratusan santri di Dayah Al Madinatul Munawwarah Al Waaliyyah (Dayah Amal) di Peureulak Barat, Aceh Timur, masih belajar di bawah tenda-tenda darurat/tratak dan beralasakan tikar. Kondisi belajar seperti itu telah berlangsung setahun.

Pimpinan Yayasan Dayah Amal, Tgk H Armis Musa kepada Serambi Jumat (18/11) mengatakan, yang paling memprihatinkan adalah ratusan santri terpaksa menulis sambil tengkurap di lantai hanya beralas tikar. Sehingga mereka tidak bisa menulis dengan baik. Ia menambahkan, tak jarang para santri mengeluh sering sakit bagian dada dan pinggang, karena selalu menulis sambil tengkurap di lantai.

Kepada pemerintah kabupaten dan provinsi, H Armis berharap ada penyaluran bantuan peralatan meja dan kursi, agar semua santri bisa belajar lebih baik lagi. Dayah Amal memiliki sembilan unit program pendidikan meliputi dayah salafiyyah murni, panti asuhan anak yatim, school hafidz al-quran, zikir sulok. SMP plus, SMA plus, pengajian ulama dan umara, agrobisnis dan ketrampilan bidang ekonomi.(yuh)

Kakanwil Pimpin Apel Pagi di Dayah Amal



Rabu, 19 Maret 2014 – Kantor Kemenag Kabupaten/Kota



[Peureulak | Jamaluddin]  Dalam rangka menghadiri peringatan maulid akbar jajaran Kementerian Agama Aceh Timur, Kepala Kantor wilayah Kementerian Agama Kabupaten Aceh Timur Drs.H.Ibnu Sa’dan,M.Pd menyempatkan diri silaturahmi dan memberikan arahan di dayah Al-Madinatul MunawwarahAl-Walliyah (DAYAH AMAL), Kampung Beusa, Peureulak Barat, Rabu (19/3).
Dalam arahan yang disampaikannya melalui apel pagi itu Kakanwil mengajak para santri yang dipimpin H.Armis Musa itu untuk rajin belajar dalam menuntut ilmu agama, disiplin, menghormati sesama teman, hormati Guru dan pimpinan.
“Belajar di Dayah dalam bentuk bording School (Asrama) berarti adek2 sudah mempersiapkan diri  menjadi orang yang sukses siap menghadapi tantangan zaman, mandiri, dan pandai bergaul, dan tidak mustahil disini akan akan lahir orang-orang besar seperti menteri, bupati atau jabatan lainnya,”
Mantan Kabid Urais itu juga memberi motivasi kepada para santri (siswa SMP dan SMA) bahwa beliau dulu adalah santri, yang hidup mandiri dalam sebuah pendidikan berasrama. “Saya sudah merasakan masak sendiri, cuci baju sendiri, dan lain sebagainya, bukan tidak mungkin kalian juga akan seperti saya nanti, bahkan lebih dari itu,” ujarnya. [yyy]

Pemerintah Aceh Prioritas Syari’at Islam dan Pendidikan Dayah


Gubernur kukuhkan Pengajian rutin ulama dan umara se- Aceh Timur
Aceh Timur-Tabloid CAWAN : Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf menegaskan bahwa Pemerintah Aceh terus mendukung dan memberikan perhatian serius terhadap penerapan dan penegakan syariat islam di daerah ini. Syariat islam di Aceh adalah pilihan pasti ,secara pribadi masing-masing kita berkewajiban menerima dan melaksanakannya secara kaffah.
Sesuai dengan perintah UUPA, Pemerintah Aceh secara institusional ,memiliki tanggungjawab sekaligus diperintahkan untuk memastikan bahwa syariat islam dapat berjalan dengan baik dan benar di Aceh.
Hal itu dikatakannya saat mengukuhkan pengajian rutin ulama dan umara se Kabupaten Aceh Timur serta peresmian SMP/SMA Amal Peureulak Barat, Sabtu(26/2) di Mesjid Manzilul Minan Gp Beusa Seubrang . Lanjut Gubernur, salah satu aspek penting dalam melaksanakan syariat islam di Aceh adalah penyiapan sumber daya manusia melalui dayah. Saya pribadi tidak pernah ragu untuk memberikan perhatian bagi pembangunan sarana dan prasarana dayah ,kesejahteraan guru dayah,pelatihan keterampilan santri,beasiswa untuk santri yang melanjutkan S-1 atau S-2 serta pemeberdayaan ekonomi dayah.
Pada tahun 2008, sebut Gubernur, Pemerintah Aceh telah mengalokasikan bantuan dayah Rp 175 milyar, Tahun 2009 Rp 200 Milyar,Tahun 2010 Rp 107 Milyar dan tahun 2011 ini dirinya telah memerintahkan Kepala Badan Pendidikan Pembinaan Dayah untuk memberikan perhatian yang lebih lagi.
Lanjut Gubernur, Insya Allah dalam tahun 2011 ini juga akan dihadirkan enam dayah manyang atau Ma’had Aly di Aceh masing masing dua di Kabupaten Aceh Utara,1 di Bireun, 1 di Pidie Jaya,1 di Aceh Selatan dan 1 di Aceh Barat.
Dalam rangka membuka jaringan informasi dan komunikasi did ayah, tahun ini Gubernur atas nama Pemerintah Aceh telah mengupayakan kerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka program internet dayah. Untuk tahap pertama akan difasilitasi  jaringan internet untuk 11 dayah di Aceh.
Untuk meningkatkan kualitas dayah di Aceh, pihaknya juga telah menerbitkan Pergub No 47 Tahun 2010 tentang pendidikan dayah. Karenanya saya mengharapkan seluruh pimpinan daerah di Aceh mensosialisasikan Pergub ini sehingga semua dayah di Aceh secara bertahap akan memiliki kurikulum standar.
Lanjut Gubernur, kurikulum yang standar bagi dayah di Aceh sangat penting karena kita telah melakukan perjuangan ke Jakarta (Kementerian Agama) agar ijazah dayah disetarakan dengan ijazah pendidikan umum. Menurut informasi terkahir, sebut Gubernur Menteri Agama berjanji pada tahun ini juga akan dikeluarkan kebijakan tentang penyetaraan ijazah pesantren . Ini tentu sebuah kabar gembira sekaligus lompatan maju serta pengakuan Negara akan eksistensi serta kualitas pendidikan dayah di Aceh.
Ini lah sebagaijawaban terhadap prasangka bahwa Pemerintah Aceh tidak peduli terhadap dayah. Kepedulian yang hakiki bukan lah dengan kata kata apalagi dengan cang boh panah ,tetapi dengan tindakan nyata sebut Irwandi Yusuf.
Khusus bagi Pemrintah Kabupaten Aceh Timur, Gubernur Aceh ini juga menyampaikan rasa bangganya atas perhatian serius pemerintah setempat khususnya Bupati Muslim Hasballah atas kepeduliannya yang luar biasa dalam membangun hubungan yang harmonis antara ulama dengan umara serta menunjukkan kepedulian yang sangat tinggi terhadap kemajuan syiar islam di Aceh Timur.
Langkah bupati ini sudah tepat .Ulama dan Umara adalah ibarat dua mata sisi uang yang tidak dapat dipisahkan . Ilmunya para ulama adalah salah satu tiang penyangga kelangsungan sebuah negeri. Sejarah serta kearifan budaya Aceh serta UUPA memberikan peran penting dan strategis kepada para ulama dalam pembangunan Aceh.
Sebelumnya, Bupati Aceh Timur Muslim Hasballah mengatakan bahwa umat muslim ditanah air saat ini resah dengan munculnya ajaran ajaran yang mengatasnamakan islam  bahkan menyebut mneybut ada nabi terkahir selain nabi Muhammada SAW.
Karenanya dengan pengajian rutin ulama dan umara se Aceh Timur ini kita berharap dapat memberikan pandangan pandangan yang benar berdasarkan alquran dan hadits terhadap isu yang berkembang akhir akhir ini.
Dengan adanya pengukuhan pengajian ulama dan umara ini hendaknya bdapat menjadi media diskusi dalam membahas isu yang berkembang tentang islam sehingga keresahan umat akan terjawab dengan jawaban berdasarkan alquran dan hadits.
Dengan demikian akan melahirkan kontribusi yang besar terhadap kemakmuran Aceh Timur dan masyarakat Aceh umumnya sehingga kita menjadi terpilih untuk mengulang histories kemajuan islam dimasa Rasulullah SAW dimana para ulama dan umara saling sinergi dalam memberikan pelayanan terbak bagi umat.
Bupati Aceh TImur juga sangat berterima kasih atas kehadiran Gubernur Aceh untuk mempeusijuk gedung SMP/SMA Amal yang dalamtahun ini akan menerima siswa baru atau dalam tahun ajaran baru ini.
Keberadaan sekolah ini sebut Bupati adalah tuntutan dari masyarakat setempat yang sebelumnya gedung ini difungsikan sebagai dayah.
Sementara itu, Ketua Panitia pengajian rutin ulama umara Aceh Timur ini  Tgk H Armys Musa mengatakan bahwa pengajian ini sudah berjalan 9 bulan sejak 7 Juni 2010 lalu dengan menghadirkan pemateri ulama kharismatik Aceh seperti Abuaya Prof DR H Muhibuddin Waly, Abuya Tumin Blang Bladeh,Abu Usman Kuta Krueng dan Abu Ibrahim Panton. [pr.humas-pemkab-atim]

Jumat, 25 April 2014

asslmualakum..lon mulai...

     Bila degub berontak meronta                       Cahaya kan terbilas aura dewa
                       Walau kata terucap tanpa makna
                       Hujaman nya masih terasa di relung dada

             Asapun mulai lelah berdiri
             Terkoyak badai penuh duri
             Tanpa tau makna dan arti
             Haruskah menjadi redup dan mati

                     Wahai selimut halimun ungu
                     Masihkah engkau selembut salju
                     Ataukah telah mengeras dan membatu
                     Memberontak untaian yang tiada menentu

               Duhai kasih yang mempesona
               Tak taukah engkau bila aku terpana
               Mengenang mu laksana aroma sorga
               Harum dan wangi membasuh jiwa

                         Rembulan yang terpaku dalam sunyi
                         Tidak kah kau saksikan raungan hati
                         Mengoyak jasad yang rapuh tiada berarti
                         Membungkam semua hingga menjadi sepi

                Bersama mu membuat semua menjadi syahdu
                Walau tanpa hiasan musik dan lagu
                Mengalun indah memecah gelombang rindu
                Apakah begitu...... ataukah mungkin begitu... entah lah aku tak tau...